Kemarau yang Dinanti
Sembari menunggu antrian mandi tadi pagi, saya nyalakan tv di ruang
tengah, memilih-milih channel yang asyik untuk ditonton, dan pilihanpun jatuh
ke salah satu siaran berita di tv swasta.
Saat saya liat, beritanya tentang warga di Kabupaten Bandung Barat yang
memanfaatkan tanah di sungai yang mengering untuk ditanami berbagai macam
tanaman yang dapat tumbuh di musim kemarau, panen pun hanya dilakukan saat
kemarau, karena tentunya jika musim hujan tanah yang digunakan telah tertutup
genangan air sungai. Pada akhirnya musim
kemarau selalu ditunggu oleh warga yang tidak memiliki lahan sendiri untuk
bercocok tanam.
Kemarau yang dikeluhkan sebagian orang, ternyata sangat dinanti oleh
sebagian lainnya. Terik matahari yang
dihindari beberapa orang, ternyata ditunggu-tunggu oleh beberapa lainnya. Ironi
memang, namun dari sini kita bisa melihat bahwa kebutuhan orang tidak dapat
disamakan satu dengan yang lainnya.
Bukan karena kita tidak butuh satu hal lantas menyamaratakan yang
lainnya pun tidak perlu hal tersebut, jangan karena hal ini membuat kita tidak
nyaman lantas menjadikan kita boleh mengeluh tanpa ampun, padahal mungkin bagi
orang lain ini adalah berkahnya, ini adalah ladang penghasilan dan amalannya.
Pada musim kemarau ini menyebabkan kita kekeringan tapi akhirnya kita
bisa lebih menghargai air yang setiap harinya sering kita sia-siakan, panas
yang terik bisa jadi peluang kita untuk menjemur kasur yang sudah mulai lembab,
atau mencuci barang-barang yang saat dikeringkan memerlukan matahari yang cukup
terik, memanfaatkan untuk sepuasnya
olahraga di area terbuka, serta kegiatan-kegiatan lain yang sulit untuk kita
lakukan pada musim hujan.
Mari bijak menyikapi dan melihat peluang terhadap kejadian apapun yang
menimpa kita, karena segala sesuatu kejadian tidak pernah luput dari hikmah
kan???
Komentar